Sabtu, 02 Februari 2013

Kasih Orang Tua

 Kasih Orang Tua
Suatu hari, seorang ayah sedang duduk di teras depan. Lalu anaknya yang sudah menginjak usia dewasa datang menghampiri, “Pak, beli motor yah?”, pintanya.
Ayah tak menjawab, hanya diam dan mengusap kepalaku. Tak ada jawaban, ia pun pergi meninggalkan ayahnya.

Tiga hari kemudian, dia kembali lagi.

“Ayah, sekarang ade banyak sekali kerjaan yah. Coba deh ayah bayangin, bolak – balik kampus, udah gitu harus ngajar disekolah yang jauh, naek angkot sekitar 45 menit”, tuturnya.
“trus?”, balas Ayahanda tercinta.
“hemm, jadi kadang kakiku pegel yah, trus kalo di angkot suka ketiduran, eh malah sakit leher. Kayaknya kalo punya kendaraan sendiri, gak kan pegel-pegel deh yah?”, jelasnya.

Seperti biasa, ayah tak menjawab. Pelan, dengan penuh sayang ia belai anak tercintanya itu. Merasa tidak puas, ia pun pergi meninggalkan ayahanda tercinta.

Satu minggu kemudian, ia pun kembali menghampiri ayah yang sedang asyik baca koran.

“Yah, kemarin ada temen yang nawarin motor. Murah loh yah, masih bagus pula..”, katanya.
“wah, berapa harganya?”, jawab ayah.
“ tujuh juta yah, murah kan?”, balasnya.
“Ohh…”, lalu ayah terdiam tanpa ada satu kata pun keluar.

Singkat cerita, malam harinya, si anak terbangun dari tidurnya, padahal masih pukul 02.30 dini hari. Karena nanggung tidur lagi, akhirnya ia putuskan tuk menunggu adzan subuh dengan shalat malam.

Lepas mengambil air wudhu, ia mendengar suara bisik orang mengobrol. Ia pun mencoba mendekatinya, dan ternyata bersumber dari kamar kedua orang tuanya.

Ia pun merapatkan telinganya ke daun pintu, berusaha menyimak obrolan didalam.

“Bu, tabungan masih ada?”, tanya ayah.
“masih, kenapa yah?”, jawab ibu tenang.
“ada berapa bu?”, tanya ayah kembali.
“lumayan, ada tiga juta. Tapi, ibu anggarkan untuk bayar uang kosan sama bayar kuliah ade. Emang kenapa yah?”
“ohh, enggak. Kalo ditambah tabungan ayah jadi enam juta, masih kurang satu juta lagi. Gimana yah bu?”,tutur ayah pelan.
“emang buat apa yah?”, tanya ibu, heran.
“gini bu, ade butuh motor, harganya tujuh juta”, jawab ayah.
“Ohh, buat itu. Ya udah, sisanya kita pinjem ke bank aja yah, gimana?”, saran ibu.
“Bisa sih, tapi uang ibu itu, gimana? Buat bayar ini dan itu..”, kata ayah.
“gampang aja, ibu bisa pinjem dulu ke temen di kantor. Yang penting ade punya motor, mungkin dia butuh yah”, tutur ibu.
“iya bu, ayah gak tega kalo setiap hari ade harus jalan, kakinya pegel, atau naek angkot sampe lehernya sakit, bolak balik kampus. Gimana kalo ade sakit karena kecapean bu, ayah khawatir”, jelas ayah.
“ya udah, ambil aja tabungan ibu yah. Sisanya kita cari besok, moga aja dapet. Ntar kita beli motor yang bagus buat ade, biar gak pegel-pegel lagi”, kata ibu.

Si anak yang mendengar obrolan malam itu, hanya diam terpaku dibelakang pintu. Ia jatuh lunglai, lemas mendengar obrolan ayah dan ibunya.

Namun segera ia bangkit dan jalan perlahan menuju kamar.

Delapan rakaat tahajjud, ditutup witir ia tunaikan. Setangkai do’a ia lantunkan, bisik lirih hatinya disertai deraian air mata,

“Ya rabb,, betapa naif dan egois diri hamba. Mudah mulut hamba ber-ucap, minta ini dan itu. Tanpa hamba tau, betapa sulit ayah dan ibu tuk mengabulkannya. Ya rabb,, ampuni hamba, atas kelalaian ini. Ampuni dan lindungi pula kedua orang tuaku, yang selalu tersenyum didepanku, selalu memberikan motivasi padaku, selalu mengerti aku… walaupun, sedikit aku mengerti mereka. Ya rabb, dewasakanlah aku, agar menjadi anak yang baik dan hamba yang baik, amin”

Seperti panas gersang tersiram hujan, ketenangan mengalir dalam darahnya.

Esok paginya, dia menghampiri ayah yang sedang duduk diteras.

“Ayah, ade baca artikel tentang kesehatan. Ternyata, jalan kaki itu sehat yah, apalagi kalo rutin. Pantes yah, ade jadi jarang sakit. Trus, ade tau supaya gak sakit leher di angkot, ade harus duduk di kursi depan, jadi posisi tubuh ade luruh. Jadi, gak punya kendaraan sendiri juga, oke aja tuh. Toh, entar kalo punya ribet ngerawatnya yah… “

Ayah hanya tersenyum, dan membelai penuh sayang anaknya tercinta. Sesekali ia menyeka air mata yang menyembul dari katanya.

Kadang kita suka meminta sesuatu pada seseorang, trutama ayah dan bunda kita, tapi kita tak pernah sekalipun memikirkan bagaimana perjuangan mereka untuk membahagiakan kita...

Saat ayah dan bunda tak mengabulkan keinginan kita, bukan berarti mereka pelit, tapi, ada banyak hal yang menyebabkan itu terjadi...

Trima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat..

Kewajiban kepada orangtua, Birrul Walidain

Kewajiban kepada orangtua, Birrul Walidain

Sejak dahulu, nasehat untuk berbakti kepada orangtua (Birrul Walidain) telah banyak disampaikan.  Itu disampaikan oleh para guru di sekolah, guru ngaji, atau siapa saja.  Anak-anak sejak usia dini sudah dididik untuk menghormati, patuh, dan mentaati apa yang disampaikan oleh orang tua.   Banyak di antara anak-anak itu kemudian menjadi sukses dalam kehidupannya, dapat meraih cita-cita yang diinginkan, berhasil membangun rumah tangga penuh berkah, mendapat keturunan yang baik, karena dengan doa yang tiada henti dan putus dari orang tuanya.
Allah SWT menyediakan balasan/ pahala yang besar bagi siapa yang taat pada orang tuanya. Rasulullah saw bersabda, artinya,“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua.” (HR Tirmidzi kitab al-Birr wa ash-Shilah, dishahihkan oleh al-Albany)
Banyak kisah dari hadist nabi yang menggambarkan kemuliaan menghormat kepada orang tua.
  1. Ya Rasulullah! Siapakah manusia yang paling berhak aku pergauli dengan baik? “Rasulullah saw menjawab, “Ibumu”. Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Rasulullah saw menjawab, “Ibumu” Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Rasulullah saw menjawab, “Ibumu”. Dia bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Rasulullah menjawab, “Bapakmu”. (HR. Bukhori kitab al-Adab & Muslim kitab al-Birr wa ash-Shilah)
  2.  “Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw meminta ijin kepadanya untuk ikut berjihad. Maka Rasulullah saw bertanya kepadanya, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” Dia menjawab, “Ya”. Maka Rasulullah saw berkata kepadanya, “Berjihadlah (dengan berbakti) pada keduanya.” (HR Bukhori kitab al-Adab & Muslim kitab al-Birr wa ash-Shilah)
  3.  ‘Birrul Walidain’ juga merupakan sifat para Nabi’alaihimussalam. Allah SWT mengisahkan tentang Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dalam firman-Nya, artinya, “Ibrahim berkata, “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.” (QS. Maryam: 47). Juga pujian Allah SWT kepada Nabi ‘Isa ‘alaihissalam, artinya, “Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku sebagai seorang yang sombong lagi celaka.”(QS. Maryam: 32 )
  4. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah saw, “Apakah perbuatan yang paling utama?” Rasulullah saw menjawab, “Iman kepada Allah dan RasulNya”. “Kemudian apalagi?” Rasulullah saw menjawab, “Berbuat baik kepada Orang tua.” Kemudian apalagi?” Rasulullah saw menjawab, “Berjuang di jalan Allah.” (HR. Bukhari kitab al-Hajj dan Muslim bab Bayan kaunil iman billah min afdhailil a’mal)
  5. Rasulullah Saw. bersabda : “Berbaktilah kepada bapak ibu kalian, maka anak-anak kalian akan berbakti kepada kalian, dan jagalah diri kalian, maka istri-istri kalian menjaga diri”. (Hr. Thabrani dari Ibnu Umar)
  6. Rasulullah saw bersabda, ”Tiga orang tidak dapat melihat wajahku, yakni (i) Orang yang mendurhakai kedua orang tuanya, (ii) orang yang meninggalkan sunahku dan (iii) orang yang tidak shalawat kepadaku ketika aku disebutkan didepannya.”
Kewajiban kepada orang tua
Upaya-upaya menghormati kedua orang tua harus dilakukan oleh siapa saja.  Segerakan untuk melakukan sesuatu hal secara langsung atau tidak langsung, baik berkomunikasi, sekedar menanyakan kesehatan, membuat senang, tenang dan terang kepada mereka.  Selagi masih hidup, berikan perhatian kepada beliau, meminta maaf atas semua kesalahan dan kekhilafan kepada beliau.  Bagi yang berlokasi berjauhan, senantiasa ciptakan komunikasi dan menjenguk beliau secara rutin.  Sisihkan sebagian rejeki untuk orangtua baik untuk kebutuhan hidup, atau kepentingan amal/ibadah orangtua.  Insya Allah, dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban kepada orang tua akan memberikan kebaikan dalam kehidupan anak-anaknya.
Berikut beberapa hal kebaikan terhadap orang tua, di antaranya:
  1. Berbuat baik kepada keduanya baik dengan perkataan atau perbuatan. Allah SWT berfirman, Artinya, “Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “Ah”, dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS: al-Qur’an-Isro: 23).
  2. Mendoakan keduanya baik semasa hidupnya ataupun sesudah meninggalnya. Allah SWT berfirman, “Robbirhamhumaa kamaa robbayaanii shoghiiroo” Artinya, “.., Wahai Tuhanku kasihanilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS: al-Isro: 24).  Dan Rasulullah saw bersabda, “Apabila anak Adam mati maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara: shodaqoh jariyah atau ilmu yang bermanfaat atau anak soleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim kitab al-Washiyyah)
  3. Mentaati keduanya dalam kebaikan. Allah SWT berfirman, Artinya, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu , maka janganlah kamu mengikuti keduanya , dan pergaulilah keduanya dengan baik”. (QS: Luqman: 15)
  4. Memintakan ampun bagi keduanya sesudah meninggal. Allah SWT berfirman menceritakan tentang nabi Ibrahim ’alaihissalam: “Robbanaghfir lii wa lii waalidayya wa lilmu’miniina yawma yaquumul hisaab”.  Artinya, “Ya Tuhan kami beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan semua orang-orang mu’min pada hari terjadinya hisab/ kiamat”. (QS Ibrohim: 41).  Juga firman-Nya tentang Nabi Nuh ’alaihissalam, “Robbighfir lii wa li waalidayya wa li man dakhola baytiya mu’minan wa lilmu’miniina wal mu’minaati”.  Artinya, “Ya Tuhanku ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang beriman laki-laki dan perempuan.” (QS: Nuh: 28)
  5. Melunasi hutangnya dan melaksanakan wasiatnya, selama tidak bertentangan dengan syari’at. Rasulullah saw membenarkan ucapan seorang wanita yang berpendapat hutang ibunya wajib dilunasi, dan Rasulullah saw menambahkan bahwa hutang kepada Allah SWT berupa shaum nadzar lebih berhak untuk dilunasi.
  6. Menyambung tali kekerabatan mereka berdua, seperti: Paman dan bibi dari kedua belah pihak, kakek dan nenek dari kedua belah pihak. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya sebaik-baik hubungan/ silaturahim adalah hubungan/ silaturohim seorang anak dengan teman dekat bapaknya.” (HR. Muslim kitab al-Qur’an-birr wash shilah).
  7. Memuliakan teman-teman mereka berdua. Rasulullah saw memuliakan teman-teman istrinya tercinta Khadijah radhiyallahu ‘anha, maka kita muliakan pula teman-teman istri kita. Dan teman-teman orang tua kita lebih berhak kita muliakan, karena di dalamnya ada penghormatan kepada orang tua kita.
  8. Memohon ampun atas semua kesalahan kepada orangtua, utamanya kepada ibu.  Kisah AlQamah memberi pelajaran, Ridha (permohonan maaf) seorang ibu dapat melancarkan anaknya (AlQamah) saat sakaratul maut.  Rasulullah saw bersabda: “Hai sekalian kaum muslimin, ingat barangsiapa memiliki ibu dan tidak berbakti kepadanya, maka dia keluar dari dunia tanpa syahadat.”
Semoga Allah SWT memberikan kekuatan dan petunjukNya kepada kita untuk berbakti kepada orangtua.  Berbakti kepada keduanya adalah salah satu jalan untuk meraih surga.

Kisah Pemuda Shaleh yang Mempunyai Orang Tua Babi

Kisah Pemuda Shaleh yang Mempunyai Orang Tua Babi

babi
Sebuah kisah inspiratif dari seorang pemuda yang soleh pada zaman nabi Musa AS yang berbakti kepada kedua orang tuanya

Nabi Musa adalah satu-satunya Nabi yang bisa berbicara dengan Allah SWT setiap kali dia hendak bermunajat, Nabi Musa akan naik ke Bukit Tursina. Di atas bukit itulah dia akan berbicara dengan Allah. Nabi Musa sering bertanya dan Allah akan menjawab pada waktu itu juga. Inilah keistimewaan Nabi Musa yang tidak ada pada nabi-nabi lain. 

Suatu hari Nabi Musa bertanya kepada Allah. “Ya Allah, 
siapakah orang di surga nanti yang akan bersama denganku?”.
Allah pun menjawab dengan mengatakan nama orang itu, kampung serta tempat tinggalnya. Setelah mendapatkan jawaban, Nabi Musa turun dari Bukit Tursina dan terus berjalan mencari tempat itu. 
Setelah beberapa hari perjalanan, akhirnya Nabi Musa sampai ke tempat yang dimaksud.

Dengan pertolongan beberapa orang penduduk, beliau berhasil bertemu dengan orang tersebut. Setelah memberi salam beliau dipersilakan masuk dan duduk di ruang tamu.

Tuan rumah itu tidak melayani Nabi Musa. Dia masuk ke dalam kamar dan melakukan sesuatu di dalam. Beberapa saat kemudian dia keluar sambil membawa seekor babi betina yang besar. Babi itu dirawatnya dengan baik. Nabi Musa terkejut melihatnya. “Apa yang terjadi?, kata Nabi Musa berbisik dalam hatinya penuh keheranan.

Babi itu dibersihkan dan dimandikan dengan baik. Setelah itu babi itu dilap sampai kering serta dipeluk dan dicium kemudian diantar kembali ke dalam kamar. Tidak lama kemudian dia keluar lagi dengan membawa seekor babi jantan yang lebih besar. 

Babi itu juga dimandikan dan dibersihkan. Kemudian dilap hingga kering dan dipeluk serta dicium dengan penuh kasih sayang. Babi itu kemudian diantar kembali ke dalam kamar.

Selesai itu barulah dia melayani Nabi Musa. “Wahai saudara! Apa agamamu?”. “Aku agama Tauhid”, jawab pemuda itu yaitu agama Islam. “Terus, mengapa kamu memelihara babi? Kita tidak boleh berbuat itu.” Kata Nabi Musa.

“Wahai tuan hamba”, kata pemuda itu. “Sebenarnya kedua babi itu adalah kedua orang tuaku. Karena mereka telah melakukan dosa yang besar, Allah telah mengubah wajah mereka menjadi babi yang buruk rupa. Soal dosa mereka dengan Allah itu soal lain. Itu urusannya dengan Allah. Aku sebagai anaknya tetap melaksanakan kewajibanku sebagai anak. 

Setiap hari aku berbakti kepada kedua orang tuaku seperti yang tuan hamba lihat tadi. Walaupun wajah mereka sudah menjadi babi, aku tetap melaksanakan tugasku.”, sambungnya.

“Setiap hari aku berdoa kepada Allah agar mereka diampuni. Aku memohon supaya Allah mengembalikan wajah mereka menjadi manusia yang sebenarnya, tetapi Allah masih belum mengabulkannya.”, tambah pemuda itu lagi.

Maka seketika itu juga Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa a.s. ‘Wahai Musa, inilah orang yang akan ber di Surga nanti, karena dia sangat berbakti kepada kedua orang tuanya. Meskipun orang tuanya sudah berwajah buruk menjadi babi, dia tetap berbakti. Oleh karena itu Kami naikkan maqamnya sebagai anak shaleh disisi Kami.”

Allah berfirman lagi yang artinya : “Karena dia berada di maqam anak yang shaleh disisi Kami, maka Kami angkat doanya. Tempat kedua orang tuanya yang Kami sediakan di dalam neraka telah Kami pindahkan ke dalam surga.”

Itu berkat anak yang shaleh. Doa anak yang shaleh dapat menebus dosa orang tuanya yang awal mulanya akan dimasukkan ke dalam neraka akhirnya dipindahkan ke surga. Ini adalah syarat berbakti kepada orang tuanya. Walaupun wajah ibu dan ayahnya seperti babi. Mudah-mudahan orang tua kita mendapat tempat yang baik di akhirat kelak.

Sebur

uk apa pun kedua orang tua kita itu bukan urusan kita, urusan kita adalah menjaga mereka dengan penuh kasih sayang sebagaimana mereka menjaga kita sewaktu kecil hingga dewasa.

Sebanyak apa pun dosa yang mereka lakukan, itu juga bukan urusan kita, urusan kita adalah meminta ampun kepada Allah SWT supaya kedua orang tua kita diampuni Allah SWT.
Doa anak yang shaleh akan membantu kedua orang tua untuk mendapatkan tempat yang baik di akhirat, inilah yang dinanti-nantikan oleh para orang tua di alam kubur.

Arti sayang seorang anak kepada ibu dan ayahnya bukan melalui uang, tetapi sayang seorang anak pada kedua ibu ayah adalah dengan doa supaya kedua ibu ayah mendapatkan tempat yang terbaik di sisi Allah.

Kisah Nabi Musa dan Anak Yang Berbakti

Kisah Nabi Musa dan Anak Yang Berbakti

Diceritakan dalam kitab Durrotun Nasihin karangan Syekh Usman bin Hasan bin Ahmad Syakir al-Khubuwiy; ulama kurun 13 hijriyah pada  bab 13  tentang  keutamaan berbakti pada orang tua bahwa pada suatu hari nabi Musa as bertanya kepada Tuhannya :
“Wahai Tuhanku, tunjukkanlah padaku siapa teman dekatku besok di surga?”
Allah SWT menjawab :
“Pergilah ke kota fulani dan datangilah pasar fulani maka disana engkau akan mendapati seorang jagal (penyembelih hewan) yang wajahnya seperti ini. Dia inilah temanmu besok di surga”.

Nabi Musa Bertemu Dengan Calon Penghuni Surga

kartun nabi khidir as Kisah Nabi Musa dan Anak Yang BerbaktiKemudian esok harinya nabi Musa as berangkat ketempat yang telah ditunjuk oleh Tuhannya. Sampailah ia di warung si jagal dan nabi Musa as menunggu disitu sampai sore. Ketika akan pulang, si jagal mengambil sedikit potongan daging dan membawanya ke rumah. Nabi Musa as mengikuti orang tersebut. Sampai rumah pemuda tadi segera memasak daging tersebut. Nabi Musa as heran dan bertanya :
“Apakah kamu nanti akan kedatangan tamu?”
Pemuda tadi menjawab : “Ya”
Setelah masakan tersebut siap dihidangkan, pemuda tersebut masuk kedalam kamar. Tidak lama kemudian dia keluar dengan keranjang di punggungnya. Betapa terkejutnya nabi Musa as karena didalam keranjang itu ada seorang nenek-nenek tua renta yang sudah sangat lemah seperti anak burung dara yang baru menetas. Pemuda tadi mengeluarkan nenek itu dari keranjang yang ternyata adalah ibunya dan perlahan dengan kasih sayang dia menyuapi ibunya tadi sampai kenyang. Dia bersihkan keranjang tempat ibunya, dia salin bajunya kemudian dicuci dan dijemurnya. Setelah itu ibunya diletakkannya kembali dalam keranjang.
Betapa kagumnya Nabi Musa as melihat perbuatan pemuda ini dan beliau melihat kedua bibir nenek yang sangat tua renta itu bergerak-gerak. Nabi Musa as mendengarkan  kata-kata yang keluar dari kedua bibir tersebut dengan seksama :
“Ya Allah, jadikanlah anakku teman Nabi-MU; Musa as; di surga” demikian pintanya.
Setelah itu pemuda tadi menggantung keranjang tempat ibunya dengan tali. Demikianlah yang dilakukan si pemuda untuk menjaga ibunya. Nabi Musa as. berkata :
“Wahai anak muda, bagimu berita gembira. Aku adalah Musa; utusan Allah, dan engkau adalah temanku besok di surga”
Semoga Allah memudahkan kita menuju surganya dengan keagungan asma-asma Nya dan dengan kehormatan nabiNya yang menjadi sebaik-baiknya manusia; Muhammad SAW.